Arti Kehidupan
Ijinkan
Aku Beli Waktu Papa Setengah Jam Saja
Sebagai seorang pimpinan
pada sebuah perusahaan ternama di Jakarta, Adi memiliki jadwal kegiatan yang
cukup padat, mulai dari pagi hingga malam hari. Setiap pagi, ayah dari bocah
cantik berusia 7 tahun itu berangkat kerja dan baru pulang pada jam sepuluh
malam, dan kebiasaan tersebut sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Pada suatu
malam, tidak seperti biasanya, kedatangan Adi disambut Ana, sang putri.
“Kok belum tidur
sayang...?” sapanya sambil mencium pipi bocah cantik yang ada dihadapannya.
“Aku nunggu
papa pulang,” balas Ana dengan raut wajah kelelahan akibat menahan rasa kantuk.
“Aku mau
tanya, tapi papa janji jangan marah ya” sambung Ana.
“Memang kamu
mau tanya apa sayang…,” tanya Papa.
“Papa janji
gak akan marah kok,” lanjutnya.
“Ehm… beneran
ya,” jawab Ana.
“Iya sayang,”
tegas Papa.
“Aku mau
tanya, berapa sih gaji Papa,” tanya Ana.
“Oh… coba kamu
hitung sendiri ya,” jawab sang papa.
“Kalau tidak
lembur, setiap hari papa bekerja 10 jam dan dibayar 400 ribu. Tiap bulan rata-rata,
papa kerja selama 28 hari. Berapa gaji Papa hayoo dihitung sendiri ya…?"
kata papa balik bertanya.
“Ehm… kalau
dalam 1 hari papa mendapat uang 400 ribu untuk sepuluh jam kerja, berarti dalam
1 jam papa dibayar 40 ribu dong,” jawab Ana.
“Wah, pinter
kamu. Sekarang cuci kaki dan tidur ya sayang,” perintah Adi sembari kembali
melangkah menuju kamar.
Melihat
papanya bergegas masuk kamar, Ana kembali berkata, "Papa, aku boleh pinjam
uang 5 ribu gak?"
Dengan
keheranan dan sedikit membentak papa menjawab, “Ah... Buat apa minta uang malam-malam.
Ayo kamu tidur”.
“Tapi papa…,” kata
Ana dengan suara menahan kesedihan.
“Sudah.. papa
bilang tidur, ya kamu berangkat tidur aja,” potong papa.
Ana pun lari ke
kamar sambil berlinang air mata.
Tigapuluh
menit kemudian, seusai mandi Adi merasakan rasa sesal karena telah membentak
putrinya.
Lantas, Adi
masuk ke kamar Ana dan melihat putrinya tertelungkup sambil memegang 3 lembar
uang lima ribuan.
Rasa sesal Adi
kian besar ketika mendengar isak tangis putrinya. Adi yang merasa sangat
menyesal, segera memeluk putrinya tersebut sembari berkata “Maafkan papa yah….
Papa sayang sama Ana. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam gini?” kata papa
dengan nada lembut.
Dengan mata
sembab, Ana bilang “Papa, aku gak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku
kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini”.
“Iya sayang…tapi
buat apa?" tanya Adi lembut.
“Sejak sore
aku nunggu papa pulang. Aku mau ajak papa main ular tangga tigapuluh menit saja,”
kata Ana.
Dengan heran
sang papa berkata “Lho… emang kamu…?”
Belum selesai
berkata, Ana segera memotong pembicaraan sang papa, “Mama sering bilang waktu papa sangat berharga. Jadi,
aku mau ganti waktu papa agar bisa main ular tangga denganku”.
Mendengar itu, sang papa
hanya bisa melongo karena belum mengerti dengan maksud pembicaraanya putrinya
itu.
“Papa. Tadi siang sepulang
sekolah, aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang 15 ribu saja,” ungkap Ana.
“Lalu kenapa sayang. Kamu
ingin beli apa, besok pagi papa beri uang,” Tanya papa.
“Pa… Aku gak ingin beli
apa-apa,” kata Ana.
Sambil mengernyitkan dahi,
papa berkata, “terus kamu mau pinjam uang lima ribu dibuat apa sayang”.
Sambil menghela napas
panjang, Ana berusaha mengungkapkan “Papa.. waktu papa kan sangat berharga. Di
kantor, papa di bayar 40 ribu perjam. Berarti dalam setengah jam papa mendapat
bayaran duapuluh ribu”.
“Iya terus kenapa sayang...,”
tanya sang papa.
“Duit tabunganku kurang lima
ribu, untuk bayar waktu papa setengah jam saja agar bisa main ular tangga
denganku. Makanya aku mau pinjam dari papa,” kata Ana polos.
Bak tergores sembilu, Adi pun
terdiam terpana. Tak ada kata-kata yang bisa dia keluarkan untuk menjawab
keinginan putrinya tersebut. Hanya gumpalan air yang kini menggenangi pelupuk
matanya.
Kini, dia baru menyadari, bahwa
ternyata limpahan harta yang telah diberikan selama ini, tidaklah cukup untuk
"membeli" kebahagiaan putrinya.
Post a Comment